Berwisata ke Gunung Andong memang menjadi incaran
setiap pendaki pemula, secara etimologi Gunung Andong ini memiliki aktivitas
magma vulkanik aktif dan juga merupakan gunung bertipe perisai gunung yang
melingkari Kabupaten Magelang. Selain terkenal oleh keindahan alamnya yang
sangat menakjubkan, Gunung Andong ini adalah magnet bagi pendaki yang merupakan
pemburu keindahan sunrise termasuk juga sunset di puncak gunung. Salah satunya
ialah Ardelia, ia berangkat dari Solo ke jalur pendakian via Sawit sekitar 2
jam. Ardelia bersama 8 temannya sampai di basecamp sekitar pukul 15.00 WIB
namun karena terjadi kebakaran di dekat Puncak Alap-alap dan asapnya dapat mengganggu
pernafasan Gunung Andong ditutup sementara, hal ini membuat ia dan
rekan-rekannya sedikit sedih. Selang berganti malam mereka memutuskan berdiam
diri di basecamp hingga akhirnya sekitar pukul 21.00 WIB jalur pendakian
dibuka. Bertepatan dengan malam minggu, banyak sekali orang yang datang untuk
mendaki Gunung Andong dan terpaksa menunggu juga hingga dibuka.
Pada saat itu salah satu rekan Ardelia sedikit
kurang enak badan sehingga mereka memtuskan untuk tidak naik malam itu namun 3
dari 8 orang tersebut memilih untuk melanjutkan naik ke atas. Malam itu, mereka
menginap di basecamp, basaecampnya sendiri memang seperti rumah warga biasa
tetapi membuka warung kecil. Sampai pukul 24.00 WIB, sebagian rombongan
tersebut masih sibuk menulis-nulis salam-salam di kertas-kertas yang ketika di
puncak digunakan untuk berfoto, rencana pun berubah. Awalnya mereka berencana
naik pukul 1.00 dinihari tetapi mengingat ada yang belum istirahat sampai
tengah malam maka diundur pukul 2.00 WIB.
Ardelia dan rombongan memang baru pertama kali
mendaki gunung namun salah satu dari rombongansudah ada yang berkali-kali naik
gunung dan sering ke Andong jadi ada penunjuk jalan yang membuat hati tenang
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, setidaknya sudah ada orang yang
berpengalaman yang mampu mengatasi masalah. Selama naik, perjalanan mereka
tergolong sangat lama karena sebagian besar dari rombongan merupakan perempuan
meskipun medan yang dilalui sudah bagus namun karena saat itu musim panas jadi
banyak debu-debu dan terjadi badai pasir yang apabila tidak memakai masker
tentu saja akan masuk ke mulut dan hidung. Sunrise yang ditunggu-tunggu mereka
temui masih di jalur pendakian dan semakin membuat mereka bersemangat menuju
puncak. Setelah sampai di puncak, mereka mendapat view yang menakjubkan sebab terlihat Gunung Merbabu, Gunung
Sindoro, dan Gunung Sumbing yang terlihat besar dan jelas ditemani sinar
matahari pagi. Pemandangan tersebut mengingatkan mereka untuk selalu rendah
hati dan selalu bersyukur.
Berbekal bensin, uang Rp100.000,00 makanan berupa
jajan dan mie instan mereka berangkat mendaki gunung Andong. Tak lupa juga
peralatan yang mereka bawa seperti tenda, sleeping bag, carrier, dan kompor. Tak hanya
peralatan mereka juga telah menyiapkan obat-obatan pribadi dan alat-alat
pembersih diri, serta alat ibadah. Ardelia merasa sangat bersyukur bahwa ia
akhirnya bisa menakhlukkan gunung Andong meskipun awalnya sempat takut. Ia berpesan
agar kita yang belum pernah mendaki, mencoba sekali saja mendaki gunung dan
rasakan sensasi dan pelajaran yang banyak terpetik dari perjalanan tersebut
salah satunya lebih bersyukur atas hidup ini. Berikut saya lampirkan foto
Ardelia bersama kelima temannya yang berhasil menakhlukkan Gunung Andong saat
itu.
(Ardelia, dua dari kiri)
Ekspresinya ketika menceritakan pengalaman ini kepada saya sangatlah
ekspresif dan penuh semangat. Semangatnya mendaki saat itu terlihat ketika ia
mengingat kembali pengalaman tersebut. Mimpinya masih ingin sekali lagi
menakhlukkan gunung, kali ini Semeru yang masih berada di mimpinya. Semoga di
lain kesempatan ia bisa mewujudkan mimpi sederhananya :)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar