Antara Perut dan Fashion di Kalangan Mahasiswa
Kebutuhan sebagai
mahasiswa sangat banyak. Khususnya mahasiswa rantau yang nge-kost memang
dituntut untuk pintar-pintar mengelola keuangan. Berhemat menjadi pilihan untuk
anak kos. Seperti yang dilakukan oleh Mbak Annisa Mahasiswa UMS yang
berasal dari Ponorogo dengan jatah perbulan 800rb, memilih berhemat untuk dapat
mencukupi kebutuhan hidup di Solo.
Salah satunya dengan sesekali mengkonsumsi makanan instan. Makanan instan
yang paling Ia sukai adalah mie instan dan oatmeal. Akan tetapi Ia lebih sering
mengkonsumsi oatmeal dibandingkan dengan mie instan. Mie instan yang Ia
konsumsi dalam seminggu hanya satu bungkus. Alasan Ia memilih mie instan
adalah praktis atau mudah dibuat dan harganya yang terjangkau untuk kalangan
mahasiswa. Dengan adanya mie instan itu menurutnya memberi kemudahan disaat
yang genting karena tidak perlu untuk keluar kost membeli makanan di warung.
Faktor lain
mendorongnya berhemat dengan mengkonsumsi mie instan adalah gaya hidup. Ia
berhemat untuk memenuhi kebutuhan skincare. Karena harganya yang memang tidak
ramah di kantong mahasiswa. itulah mengapa Ia mengatur keuangannya sedemikian
rupa.
Terlalu banyak mengkonsumsi mie instan memang tidak baik. Biasanya berakibat
buruk bagi pencernaan. Berbeda dengan yang dialami mbak Annisa, yaitu timbul
jerawat setelah mengkonsumsi mie instan yang berlebih. Untuk mengatasi hal
tersebut Ia mengimbanginya dengan mengkonsumsi buah dan sayuran yang sehat.
Semakin maju
kecanggihan teknologi, semakin berpengaruh pula pada perkembangan zaman. Zaman
sekarang ini, kita dituntut untuk melakukan apapun serba cepat. Termasuk
perkara perut, sebagai seorang mahasiswa mbak Rita kadang lebih memilih makan
makanan instan agar tidak membuang-buang waktu. Dia pernah sampai dirawat dua
kali karena setiap hari sarapan mie instan. "Pernah sampai rawat inap
karena infeksi di usus, pernah obat jalan juga", lanjut mbak Rita.
Meskipun sekarang
sudah agak berkurang porsinya, namun ia masih mengonsumsi makanan instan tiga
sampai empat kali seminggu. Makanan instan yang ia konsumsi pun tidak hanya mie
instan tetapi juga sosis dan nugget.
"Untuk membeli
tas dll. Tapi akhir2 ini saya lebih sering menghemat untuk ongkos main dan
modal usaha", tutur mbak Rita ketika ditanya alasannya tetap mengonsumsi
makanan instan meskipun pernah dirawat. Usaha yang sedang dirintisnya saat ini
yakni distributor masker wajah.
Memang tak dapat
dipungkiri, tempat mbak Rita mengenyam bangku kuliah tergolong universitas
swasta yang didominasi mahasiswa menengah keatas. Mau tidak mau harus
mengikuti trend yang sedang in berbekal uang
saku 800rb-1juta per bulan. Beginilah kreativitas mahasiswa
dipertaruhkan.
Makanan merupakan
kebutuhan pokok manusia dengan asupan makanan yang kita dapat menghasilkan
energi yang dapat menunjang kegiatan kita sehari-hari, pada era milenial
sekarang ini masyarakat dominan memilih fast
food (siap saji) karena dirasa lebih praktis dan cepat apalagi didukung
dengan adanya aplikasi gofood yang menambah masyarakat luas lebih mencintai fast food.
Khususnya mahasiswa
yang kebanyakan adalah perantau yang jauh dari keluarga, mereka lebih memilih fast food untuk dikonsumsi sehari-hari, mulai dari makanan ringan hingga makanan yang termasuk dalam makanan
utama. Mengkonsumsi makanan tersebut untuk menunjang aktivitas perkuliahannya dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Hal yang praktis dan cepat seperti
mengonsumsi mie instan atau junk food
menjadi pilihan mereka. Banyaknya kegiatan yang dilakukan mengakibatkan para
mahasiswa malas untuk sekedar memasak atau menyiapkan makanan mereka sendiri.
Mengkonsumsi fast food menjadi candu bagi para
mahasiswa seperti halnya salah satu mahasiswa yang bernama Karina dari program
studi Manajemen yang sekarang menempuh semester 7. Ia mengaku bahwa sangat
sering mengkonsumsinya dari mulai sarapan hingga makan malam. Dalam sehari ia
bisa mengkonsumsi makanan fast food, apalagi dia sangat menggemari jajanan
pinggir jalan seperti cimol,cilok,bakso, serta makanan ringan lainnya yang hampir
setiap hari di konsumsi. Belum lagi kalau ia pergi ke mall mungkin “saya lebih
boros, karena saya suka jajan dan mencoba berbagai makanan yang belum pernah
saya makan”, tutur Karina.
Karina mengatakan bahwa ia lebih mementingkan isi
perutnya ketimbang uangnya harus disisihkan untuk sekedar menunjang penampilannya
yang banyak dilakukan oleh para mahasiswa, dimana lebih mementingkan penampilan
atau fashion dibandingkan hal lainnya, “kalau sekedar fashion mah aku nomer
sekian yang penting makan dulu sih, karna aku juga kalau misal telat makan
langsung ngerasa pusing dan gak enak badan”, terangnya.
Mahasiswa terkenal
dengan kehidupan yang lumayan hedonisme tidak jarang mahasiswa melakukan
hal-hal negative untuk memperoleh apa yang ia inginkan “aku mah nggak yang
terlalu memikirkan hal-hal yang seperti itu”, tandas Karina. “Emang bener sih
aku kuliah di lingkungan yang anak-anaknya notabene menengah keatas apalagi
anak kampus 2 sangat terkenal dengan fashionnya tapi aku nggak terlalu peduli
sihh, kan aku anak rantau jauh dari orang tua, orang tua ada di Sumatra dan
sebisa mungkin aku ngejaga dirilah kiriman dari orang tua juga cukup kok untuk
kehidupanku sehari hari di Solo”, lanjutnya.
Pengeluaran Karina bisa antara
20-35ribu untuk makan sehari. “Tapi kalau makan di mall bisa sekitar sehari itu
30-60rb,” terangnya. “Untuk kesehatan aku sendiri alhamdullilahnya belum pernah
sampe sakit parah gitu kayak tipes atau yang lainnya biasanya demam aja sih,
semoga kedepannya nggak deh sampe lulus”, tutup Karina.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar