Sabtu, 11 Januari 2020

Liputan Khusus



Antara Perut dan Fashion di Kalangan Mahasiswa





Kebutuhan sebagai mahasiswa sangat banyak. Khususnya mahasiswa rantau yang nge-kost memang dituntut untuk pintar-pintar mengelola keuangan. Berhemat menjadi pilihan untuk anak kos. Seperti yang dilakukan oleh Mbak Annisa Mahasiswa UMS  yang berasal dari Ponorogo dengan jatah perbulan 800rb, memilih berhemat untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup di Solo.
            Salah satunya dengan sesekali mengkonsumsi makanan instan. Makanan instan yang paling Ia sukai adalah mie instan dan oatmeal. Akan tetapi Ia lebih sering mengkonsumsi oatmeal dibandingkan dengan mie instan. Mie instan yang Ia konsumsi dalam seminggu hanya satu bungkus. Alasan Ia memilih mie instan adalah praktis atau mudah dibuat dan harganya yang terjangkau untuk kalangan mahasiswa. Dengan adanya mie instan itu menurutnya memberi kemudahan disaat yang genting karena tidak perlu untuk keluar kost membeli makanan di warung.
         Faktor lain mendorongnya berhemat dengan mengkonsumsi mie instan adalah gaya hidup. Ia berhemat untuk memenuhi kebutuhan skincare. Karena harganya yang memang tidak ramah di kantong mahasiswa. itulah mengapa Ia mengatur keuangannya sedemikian rupa.
          Terlalu banyak mengkonsumsi mie instan memang tidak baik. Biasanya berakibat buruk bagi pencernaan. Berbeda dengan yang dialami mbak Annisa, yaitu timbul jerawat setelah mengkonsumsi mie instan yang berlebih. Untuk mengatasi hal tersebut Ia mengimbanginya dengan mengkonsumsi buah dan sayuran yang sehat.
Semakin maju kecanggihan teknologi, semakin berpengaruh pula pada perkembangan zaman. Zaman sekarang ini, kita dituntut untuk melakukan apapun serba cepat. Termasuk perkara perut, sebagai seorang mahasiswa mbak Rita kadang lebih memilih makan makanan instan agar tidak membuang-buang waktu. Dia pernah sampai dirawat dua kali karena setiap hari sarapan mie instan. "Pernah sampai rawat inap karena infeksi di usus, pernah obat jalan juga", lanjut mbak Rita.
Meskipun sekarang sudah agak berkurang porsinya, namun ia masih mengonsumsi makanan instan tiga sampai empat kali seminggu. Makanan instan yang ia konsumsi pun tidak hanya mie instan tetapi juga sosis dan nugget.
"Untuk membeli tas dll. Tapi akhir2 ini saya lebih sering menghemat untuk ongkos main dan modal usaha", tutur mbak Rita ketika ditanya alasannya tetap mengonsumsi makanan instan meskipun pernah dirawat. Usaha yang sedang dirintisnya saat ini yakni distributor masker wajah.
Memang tak dapat dipungkiri, tempat mbak Rita mengenyam bangku kuliah tergolong universitas swasta yang didominasi mahasiswa menengah keatas. Mau tidak mau harus mengikuti trend yang sedang in berbekal uang saku 800rb-1juta per bulan. Beginilah kreativitas mahasiswa dipertaruhkan.
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia dengan asupan makanan yang kita dapat menghasilkan energi yang dapat menunjang kegiatan kita sehari-hari, pada era milenial sekarang ini masyarakat dominan memilih fast food (siap saji) karena dirasa lebih praktis dan cepat apalagi didukung dengan adanya aplikasi gofood yang menambah masyarakat luas lebih mencintai fast food.
Khususnya mahasiswa yang kebanyakan adalah perantau yang jauh dari keluarga, mereka lebih memilih fast food untuk dikonsumsi sehari-hari, mulai dari makanan ringan hingga makanan yang termasuk dalam makanan utama. Mengkonsumsi makanan tersebut untuk menunjang aktivitas perkuliahannya dan kegiatan-kegiatan lainnya. Hal yang  praktis dan cepat seperti mengonsumsi mie instan atau junk food menjadi pilihan mereka. Banyaknya kegiatan yang dilakukan mengakibatkan para mahasiswa malas untuk sekedar memasak atau menyiapkan makanan mereka sendiri.



Mengkonsumsi fast food menjadi candu bagi para mahasiswa seperti halnya salah satu mahasiswa yang bernama Karina dari program studi Manajemen yang sekarang menempuh semester 7. Ia mengaku bahwa sangat sering mengkonsumsinya dari mulai sarapan hingga makan malam. Dalam sehari ia bisa mengkonsumsi makanan fast food, apalagi dia sangat menggemari jajanan pinggir jalan seperti cimol,cilok,bakso, serta makanan ringan lainnya yang hampir setiap hari di konsumsi. Belum lagi kalau ia pergi ke mall mungkin “saya lebih boros, karena saya suka jajan dan mencoba berbagai makanan yang belum pernah saya makan”, tutur Karina. 
Karina mengatakan bahwa ia lebih mementingkan isi perutnya ketimbang uangnya harus disisihkan untuk sekedar menunjang penampilannya yang banyak dilakukan oleh para mahasiswa, dimana lebih mementingkan penampilan atau fashion dibandingkan hal lainnya, “kalau sekedar fashion mah aku nomer sekian yang penting makan dulu sih, karna aku juga kalau misal telat makan langsung ngerasa pusing dan gak enak badan”, terangnya.
Mahasiswa terkenal dengan kehidupan yang lumayan hedonisme tidak jarang mahasiswa melakukan hal-hal negative untuk memperoleh apa yang ia inginkan “aku mah nggak yang terlalu memikirkan hal-hal yang seperti itu”, tandas Karina. “Emang bener sih aku kuliah di lingkungan yang anak-anaknya notabene menengah keatas apalagi anak kampus 2 sangat terkenal dengan fashionnya tapi aku nggak terlalu peduli sihh, kan aku anak rantau jauh dari orang tua, orang tua ada di Sumatra dan sebisa mungkin aku ngejaga dirilah kiriman dari orang tua juga cukup kok untuk kehidupanku sehari hari di Solo”, lanjutnya. 
Pengeluaran Karina bisa antara 20-35ribu untuk makan sehari. “Tapi kalau makan di mall bisa sekitar sehari itu 30-60rb,” terangnya. “Untuk kesehatan aku sendiri alhamdullilahnya belum pernah sampe sakit parah gitu kayak tipes atau yang lainnya biasanya demam aja sih, semoga kedepannya nggak deh sampe lulus”, tutup Karina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar